Home » » Kisah Ilmu Gaib Sanjiwani Bagian I

Kisah Ilmu Gaib Sanjiwani Bagian I

Kisah Ilmu Gaib Sanjiwani Bagian I – Adalah ilmu kesaktian yang dimiliki Mahaguru Sukra dengan kemampuan menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Kisah tentang Ilmu gaib Sanjiwani adalah kisah pewayangan dari India pada awal sebelum terjadinya kisah Ramayana dan Mahabharata.
Kisah Ilmu Gaib Sanjiwani Bagian I
Gambar : Wikipedia

Kehebatan Ilmu Gaib Sanjiwani

Pada jaman dahulu kala, sering terjadi pertempuran-pertempuran panjang dan sengit antara para dewata dengan para raksasa. Mereka berebut ingin menguasai ketiga dunia. Para dewata dipimpin seorang resi bernama Wrihaspati yang sangat terkenal karena pengetahuannya yang mendalam tentang kitab-kitab Weda, sedangkan para raksasa dipimpin Mahaguru Sukra yang arif bijaksana.

Wrihaspati dan Sukra sama-sama ahli perang yang sangat termasyhur. Tetapi, Sukra memiliki keunggulan yang sangat mengerikan, yaitu ilmu gaib Sanjiwani yang dapat menghidupkan siapa saja yang sudah mati. Jadi, setiap kali ada raksasa mati di medan pertempuran, Sukra dapat menghidupkannya lagi.

Begitu berkali-kali, sehingga jumlah mereka tak pernah berkurang dan mereka dapat melanjutkan perang melawan para dewata. Akibatnya, para dewata selalu kalah melawan para raksasa.

Akhirnya, para dewata berunding, mencari akal untuk mengalahkan para raksasa. Diputuskanlah untuk menemui Kacha, putra Wrihaspati, dan meminta bantuannya.

Mereka berharap Kacha bisa menawan hati Sukra dan membujuknya agar ia diijinkan menjadi murid mahaguru itu. Dengan menjadi murid Sukra, para dewata berharap Kacha bisa menguasai ilmu gaib Sanjiwani, dengan cara mulia atau cara curang, sehingga para dewata bisa terhindar dari kekalahan terus-menerus.

Kacha menyanggupi permintaan para dewata itu. Ia lalu pergi menghadap Mahaguru Sukra yang tinggal di istana Raja Wrishaparwa, raja para raksasa.

Upaya Kacha Mempelajari Ilmu Gaib Sanjiwani

Sampai di hadapan mahaguru itu, Kacha memberi salam hormat lalu berkata, Hamba ini cucu Resi Angiras dan anak Resi Wrihaspati. Hamba telah bersumpah menjadi seorang brahmacharin dan ingin menuntut ilmu di bawah asuhan Yang Mulia Mahaguru.

Sesuai adat, seorang guru yang bijaksana tidak boleh menolak murid yang ingin berguru kepadanya. Maka Mahaguru Sukra berkata, Kacha, engkau adalah keturunan keluarga baik-baik. Aku terima kau sebagai muridku.

Dan ingatlah, aku terima kau karena aku ingin menunjukkan hormatku kepada Resi Wrihaspati, ayahmu.

Demikianlah, Kacha pun menjadi murid Mahaguru Sukra. Semua tugas kewajiban yang diberikan oleh gurunya dikerjakannya dengan sungguh-sungguh. Salah satu tugasnya adalah menghibur putri Mahaguru Sukra yang bernama Dewayani.

Mahaguru itu hanya memiliki seorang anak. Tak heran, Dewayani menjadi tumpahan kasih sayangnya. Semua keinginannya selalu dikabulkan.

Kacha diperintahkan menghibur Dewayani dengan menyanyi, menari atau mengajaknya bermain. Lama kelamaan, Kacha tertarik kepada putri itu. Tetapi, karena ia telah bersumpah menjadi brahmacharin yang sepenuhnya mengabdikan diri untuk belajar ilmu agama di bawah bimbingan seorang guru dan mengamalkan segala kebajikan hidup tanpa menikah, ia menahan diri dan berusaha keras untuk tidak melanggar sumpahnya.



Usaha Pembunuhan Kacha

Sementara itu, para raksasa yang mengetahui bahwa pemimpin mereka mengambil anak Wrihaspati sebagai murid merasa cemas dan curiga. Jangan-jangan niat Kacha tidak tulus berguru. Jangan-jangan sebenarnya Kacha ingin mencari kesempatan untuk membujuk gurunya agar memberikan rahasia ilmu gaib Sanjiwani.

Karena itu, mereka berunding, mencari akal untuk membunuh Kacha.

Pada suatu hari, seperti biasa Kacha menggembalakan sapi-sapi gurunya ke padang rumput. Tiba-tiba datang beberapa raksasa, mereka menyergapnya lalu membunuhnya.

Mayat Kacha dicincang dan dibiarkan menjadi makanan anjing.

Sore harinya, sapi-sapi itu pulang ke kandang tanpa Kacha. Dewayani yang melihat hal itu merasa cemas. Ia segera menemui ayahnya.

Sambil menangis tersedu-sedu Dewayani berkata,
"Matahari telah terbenam, dan pedupaan untuk pemujaan malam Ayahanda telah dinyalakan, tetapi Kacha belum pulang. Sapi-sapi gembalaannya sudah pulang ke kandang. Ananda khawatir kalau-kalau sesuatu yang buruk menimpa Kacha. Tolonglah dia, Ayah. Ananda sangat mencintainya dan tak dapat hidup tanpa dia."

Mendengar permohonan putri kesayangannya, Mahaguru Sukra segera mengucapkan mantra. Dengan kesaktiannya, ia tahu Kacha sudah mati. Karena itu, untuk menghidupkan kembali dan memanggil pemuda itu, ia mengucapkan mantra gaib Sanjiwani.

Seketika itu Kacha hidup kembali dan berada di hadapan mereka dengan wajah tersenyum. Dewayani bertanya, mengapa ia terlambat pulang. Kacha bercerita, ia diserang dan dibunuh para raksasa ketika sedang menggembalakan sapi. Tetapi, bagaimana ia bisa hidup kembali dan berada di hadapan mereka, ia tidak bisa menerangkannya.

Para raksasa kecewa melihat Kacha hidup kembali. Mereka terus memata-matai pemuda itu, mencari kesempatan untuk membunuhnya.

Suatu hari, Kacha pergi ke hutan, mencari bunga yang langka untuk Dewayani. Ketika sedang berada di dalam hutan lebat, ia disergap para raksasa lalu dibunuh. Mayatnya dicincang, dibakar, lalu abunya dibuang ke laut.

Berhari-hari Dewayani menunggu, tetapi Kacha tak pulang-pulang. Akhirnya putri itu menghadap ayahnya dan mengadukan hal itu kepadanya.

Sekali lagi, Resi Sukra menggunakan ilmu gaib Sanjiwani dan memanggil Kacha. Pemuda itu hidup kembali.

Demikian Kisah Ilmu Gaib Sanjiwini Bagian I, untuk mengetahui kelanjutan kisah Kacha dalam usahanya mempelajari ilmu gaib Sanjiwini, Baca di bagian II.

Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

0 comments:

Post a Comment