Home » » Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu - Kisah tentang ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” ini merupakan salah satu kisah dalam Wayang Purwo atau kisah pewayangan dalam periode sebelum terjadinya kisah Ramayana. Dalam kisah ini juga diceritakan tentang lahirnya Dasamuka, Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana yang dalam kelanjutannya menjadi tokoh-tokoh sentral dari kisah Ramayana.

Awal kisah berawal dari keinginan Dewi Sukesi, putri yang sangat cantik jelita, puteri dari seorang raksasa yaitu Prabu Sumali raja kerajaan Alengka Diraja, yang menginginkan seorang suami yang sakti mandraguna dan memahami ilmu kesempurnaan hidup atau ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”.

Keinginan sang puteri dilandasi dua alasan, pertama, Dewi Sukesi menginginkan untuk memiliki keturunan seorang ksatria yang sempurna bukan seperti bangsa dan rakyat Alengka yang berwujud raksasa atau ‘buto’. Kedua, Prabu Sumali hendak menyingkirkan adiknya bernama Jambu Mangli, raksasa yang maha sakti yang ingin menggeser tahtanya dan mengawini keponakannya sendiri, Dewi Sukesi.

Sehingga Prabu Sumali lalu mengadakan sayembara yang berbunyi.

Barang siapa yang ingin mempersunting Dewi Sukesi, harus dapat memenuhi dua persyaratan yaitu bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang raksasa yang sangat sakti dan mampu menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Karena kecantikan dan kemolekan tubuh Dewi Sukesi yang sudah terkenal di dunia pewayangan maka banyak raja-raja, pangeran dan brahmana sakti yang ingin mempersuntingnya. Namun semuanya harus gagal dan pulang dengan kepala tertunduk bahkan pulang tinggal nama karena kalah menghadapi keperkasaan serta kesaktian Jambu Mangli.

Sayembara ini terdengar sampai ke  telinga Prabu Danarejo atau Danapati, raja kerajaan Lokapala yang masih belum memiliki permaisuri, kalau selir sudah banyak, namanya juga raja. Prabu Danarejo tertarik dan ingin mengikuti sayembara tersebut namun syarat kedua tentang ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” membuatnya berfikir dua kali. Karena ia sendiri tidak menguasinya.

Namun karena keinginannya yang besar untuk dapat mempersunting Dewi Sukesi maka Prabu Donorejo minta bantuan ayahandanya, Begawan Wisrawa dari pertapaan Amulaya yang sakti mandraguna dan sudah menguasai ilmu tersebut. Sang Begawan menyanggupi dan berjanji akan menyerahkan Dewi Sukesi kepada anaknya.

Begawan Wisrawa Ingkar Janji

Begawan Wisrawa berangkat mengikuti sayembara tersebut dan berhasil mengalahkan Jambu Mangli yang perkasa. Namun ketika mengjarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” kepada Dewi Sukesi, beliau gagal dan tergoda oleh kemolekan tubuh dan kecantikan sang dewi demikian sebaliknya. Meskipun Begawan Wisrawa sudah tua namun dalam pandangan Dewi Sukesi terlihat tampan dan mempesona, sehingga terjadilah hubungan badan diantara keduanya.

Setelah kejadian itu, keduanya menjadi saling mencinta. Disinilah,Begawan Wisrawa mengalami  dilema dimana Dewi Sukesi hanya mau dipersunting oleh sang pemenang yaitu Begawan Wisrawa sendiri bukan Donopati, anaknya.
Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi, sumber gambar : Hari Susilo
Semula Begawan Wisrawa berusaha meyakinkan kepada Dewi Sukesi bahwa keikutsertaannya dalam sayembara ini atas nama anaknya yang bernama Donopati, namun Dewi Sukesi tetap bersikukuh yang berhak menjadi suaminya adalah sang pemenangnya.

Dimata Begawan Wisrawa apa yang dikatakan oleh Dewi Sukesi adalah suatu kebenaran, dan Wisrawa juga mencintai dewi Sukesi yang cantik sebagaimana dewi Sukesi juga mencinta Begawan Wisrawa. Di sisi lain, Begawan Wisrawa telah berjanji kepada putranya bila nanti keluar sebagai pemenang akan menyerahkan Dewi Sukesi kepadanya.

Dalam menghadapi dilema ini, Begawan Wisrawa lebih memilih menjadi suami dewi Sukesi dan melanggar janji yang telah diucapkan kepada putranya. Begawan Wisrawa ingkar janji, ia telah menginjak-injak prinsip “bawa laksana” atau kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, yang selama ini dijunjung oleh para raja, brahmana dan ksatria linuwih.

Akibatnya terjadilah perang besar antara Begawan Wisrawa dengan putranya sendiri, yaitu Donopati yang menyebabkan rakyat kedua Negara  banyak yang menderita karena perseteruan itu.

Rahasia Ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah salah satu ilmu rahasia para dewata mengenai kehidupan di dunia. Secara lengkap disebut Serat Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwatingdiyu.

Serat artinya ajaran, Sastra Jendra atau sastra narendra adalah Ilmu mengenai raja. Hayuningrat  atau memayu hayuning bawana artinya menyebarkan kedamaian. Pangruwating artinya memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu artinya raksasa atau keburukan.

Raja disini bukan berarti raja secara harfiah  melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan, raja dari dirinya sendiri dan alam semesta. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan.

Pengertiannya bahwa Serat Sastrajendra adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

Sastra Jendra itu juga sebagai muara atau akhir dari segala pengetahuan. Raksasa dan Diyu, bahkan juga binatang yang berada dihutan belantara sekalipun kalau mengetahui arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, matinya nanti akan sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan manusia yang “linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui arti dari Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang mulia.

Karena begitu rahasianya ilmu ini, maka saat Begawan Wisrawa mengajarkannya kepada Dewi Sukesi maka para Dewa di Kahyangan menjadi gempar. Pertama kali, Betara Guru, raja para dewa mengutus Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih, sepasang Dewa Asmara untuk menggagalkan peristiwa ini.

Dewa Kamajaya merasuk ke dalam tubuh Begawan Wisrawa dan Dewi Ratih masuk ke dalam tubuh Dewi Sukesi sehingga kedua mahluk ini terguncang jiwanya. Timbul rasa suka, rasa cinta dan keinginan untuk melakukan hubungan asmara.

Namun, Begawan Wisrawa adalah seorang yang sudah memiliki kemampuan batin yang tinggi sehingga ia dapat mengatasi perasaan ini meskipun harus bersusah payah terlebih dahulu mengatasi gejolak dalam dirinya. Kemudian ia harus menghadapi godaan dan cumbu rayu Dewi Sukesi yang sudah dipengaruhi dewi asmara. Kali ini keduanya berhasil mengatasi godaan tersebut.

Kegagalan sang dewa asmara membuat Bathara Guru harus turun tangan sendiri. Bersama istrinya, dewi Uma, mereka turun ke mayapada. Seperti yang dilakukan oleh sepasang dewa asmara, Bathara Guru masuk ke dalam tubuh Begawan Wisrawa sementara Dewi Uma masuk ke dalam tubuh Dewi Sukesi.

Maka Begawan Wisrawa tidak dapat lagi membendung hasrat berahinya  demikian pula dengan Dewi Sukesi. Bak gayung bersambut, keduanya lalu melakukan hubungan asmara yang membara layaknya sepasang suami istri.

Maka ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu“ gagal dijabarkan.

Lahirnya Dasamuka

Karena kegagalan ini, Begawan Wisrawa dan dewi Sukesi mendapatkan bebendu atau hukuman dari Dewa dengan melahirkan bayi raksasa yaitu Dasamuka atau Rahwana, Kumbakarna, dan Sarpakenaka. Dasamuka dan Sarpakenaka memiliki tubuh raksasa dan jiwa angkara murka mewakili watak “diyu” atau raksasa. Sedangkan Kumbakarna, meskipun bertubuh raksasa namun memiliki jiwa ksatria utama.

Karena terlahir akibat buah penjabaran ilmu rahasia yang memiliki daya kekuatan hebat maka ketiga raksasa itu memiliki kesaktian yang luar biasa. Bahkan Rahwana atau Dasamuka yang memiliki kesaktian paling tinggi nantinya  menjadi raja yang penuh angkara murka

Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi merasa terpukul sehingga mereka berdua bertobat dan memohon ampunan Dewata atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Karena khusyuknya akhirnya mereka mendapatkan ampunan Dewata dan lahirlah putra yang keempat berwujud kstaria tampan dan berbudi luhur yang diberi nama Gunawan Wibisana.

gambar keturunan begawan wisrawa
Keturunan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi
Baca Kelanjutannya : Invasi Lokapala dan Lahirnya Arjuna Sasrabahu

Kesimpulan

Ilmu Kesempuraan hidup atau ilmu rahasia hidup atau ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu“ adalah ilmu rahasia yang hanya boleh diajarkan atau dimiliki hanya dengan restu pemiliknya yaitu Sang Maha Hidup. 

Hanya dengan anugerah dan rahmatnya saja manusia sebagai mahluk dapat menerima dan memahaminya jika tidak maka kisah Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi akan terulang lagi. Akibat keinginan manusia sendiri atau nafsu yang terselubung kebaikan maka Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi gagal memahami  hakikat ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.”

0 comments:

Post a Comment